Dan pada mata tertutup aku menghela nafas yang kian meleburkan diriku dari ketiadaan yang kau cipatakan. Ketiadaan yang patut diyakini sebagai mahluk Tuhan.
Kemarau panjang dan musim penghujan yang bergiliran tanda adanya aturan yang dimainkan alam ini untuk menyambung kehidupan.
Adanya masa dimana zaman saling sambung menyambung membentuk peradaban. Kini dan lampau yang pernah ku jumpai dalam tata tulisan dibuku sejarah yang menceritakan proses hingga akhirnya ketiadaan.
Dunia ke-3 yang melaporkan seluruh kenampakan fenomena menyakitkan, tentang kelaparan yang datang kerap kali musim paceklik. Tentang kekurangan air yang tak mampu disimpan tanah untuk cadangan. Tentang air terjun yang jatuh atas sebuah patahan yang teramat panjang. Tentang musim dimana selalu berbeda antar kutub utara dan selatan. Tentang angin-angin yang selalu memberi kesan pada nelayan yang berlayar. Tentang badai yang Nampak indah jika tak menyisakan korban. Tentang semua yang berkata-kata di alam yang dia ciptakan.
Semuanya akan berproses dan kemudian mengulang kata ketiadaan dari semua penciptaan. Akh, Tuhan ku tak Nampak dalam perupaan yang ku bayangkan, namun tetap berdiri tegak dari sebuah keyakinan.
Tentang ayat-ayat yang jatuh untuk menegakan kebenaran, tentang hujan asam yang mungkin akan terjadi kelak saat bumi tak mampu menyeimbangkan. Tentang hutan-hutan yang berbicara pada pecundang atas penebangan liar. Tentang kayu gelondongan yang dihanyutkan ke sungai. Tentang mata dunia pertama yang berkeliaran. Akh, negeriku sudah porak poranda dan mungkin juga akan tiada.
Negeriku akan hanya tinggal cerita yang dibanggakan saat kita sudah jadi budak zaman. Zaman dimana hanya aku dan kaum sebangsaku berlinang air mata tentang kesakitan. Tentang liku hidup yang mencoba mengadopsi pada meander yang mengikuti arah patahan. Tentang gempa besar yang akhirnya membiarkan gelombang besar porak porandakan peradaban. Dan mungkin, semuanya akan tiada juga…!!!