Kamis, 29 November 2012

Cerita Pendek Tentang Bangkai dan Rintihan Hujan

Tentang alasan dari sebuah pilihan, kau terdesak mematikan lontaran... Kini kau terbaring sendiri menelan penyesalan... 

Kini, ruang dimana tak satu suara pun dapat terdengar kecuali hujan yang merintih pada dedaunan, kau masih tetap berada pada hampa kemunafikan...

Kejujuran yang pada akhirnya menyeretmu sendiri pada sepasang belati yang kutempatkan dimeja beraltar pemujaan...

Api perdupaan masih belum padam, sementara kemunafikan menalikanmu pada kepingan memori lama yg belum usai... 

Kau bangkit dr alam bangkai memuakan, taring cobra masih kau gunakan utk mencapai harapan, pun otak buaya berada pada dengkul paling dasar

Api perdupaan semakin membara diujung meja beraltar, sementara ruang pengap mulai kurobohkan, 


Dedaunan mencoba diam hujan berhenti dari rintihan, segudang kejujuran balutan kemunafikan tercurahkan perlahan


Bahkan dlm dengkuranmu, saat kau bermimpi masih pula ku temui kau dlm kemunafikan...


Tapi ketulian tak membuatku berhenti mendengarkan, karena disisi lain ada byk mata tak lepaskanku dr harapan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar