Kamis, 20 September 2012

TUHAN Singa, Penjaga, dan Hutan Larangan

Keridakberdayaan adalah kelemahan, menguji sebagian kekuatan yang terencana bukan berarti begerak sendirian. Masih ada kekuatan-keuatan lain yang telah digariskan bernama Penakdiran. Siapa yang untung dan direncanakan Tuhan untuk memperoleh kemenangan maka dialah pemilik kejayaan.

Karena hidup bagaimana soal pertarungan dan pertahanan. Menemukan kata-kata berparuh yang memotivasi kekuatan dari dalam jiwa yang kehausan akan perubahan. Hidup soal bagaimana merebut untuk mempertahankan kepemilikan atau bisa pula meradang ganas menerkam yang mengusik kejayaan. Karena disini hukum rimba sekalipun berlaku atas nama Pertahanan dan Kemenangan.

Semua perjalanan adalah proses kelayaakan manusia yang sebelumnya telah bertarung dari 500.000 sel untuk menempatkan diri pada sebuah tempat bernama “Kehidupan”. Menempatkan diri pada perantara hidup bersama kekuatan terhebat untuk sampai pada sebuah persaingan yang sebenarnya. Yaitu bernama “Dunia baru untuk sang buah hati” yah, Bumi….

Persaingan telah dimulai sejak zaman manusia belum tau bagaimana mengukir peradaban dengan tangannya kelak, yang jelas Tuhan dengan maha kekuatan adalah celoteh perupaan yang tak berupa untuk dibayangkan. Tuhan tetap dalam genggaman sebuah keyakinan, meyakini bahwa persaingan ini pun tercipta karena sebuah penakdiran yang Dia rencanakan.

Dari semua anggapan yang dilontarkan ada gejolak retorika alam bawah sadar tentang terkaman sang singa belakangan ini yang semakin ganas. Entah apa yang menyebabkannya begitu berambisi mempengaruhi sebagian ekosistem hutan larangan. Tapi kutafsirkan sendiri ini adalah proses dimana slektifitas dijunjung tinggi untuk menentukan pemimpin kekuasaan. Penguasa segala raihan yang dicita-citakan kelak untuk masa mendatang.

Keterjagaan, kelestarian, keasrian semuanya tetap terjaga dalam balutan yang bernama kelembutan. Singa itu tak tau caranya bertahan dikalangan yang sensitive perlakuan namun kekuatannya mampu mengalahkan kelembutan sang penjaga yang berusaha keras berlaku dengan kasih sayang.
Karena hidup ini terlalu keras untuk dapat perlakuan keras, sudah saatnya kepekaan digunakan untuk mengubah keadaan. Jangan salahkan jika Tuhan berkata lain, karena kekuatan itu sudah jelas akan meruntuhkan segala kejayaan jika Dia menginginkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar