Senin, 06 Februari 2012

Mencari Berkah dari Sisa Sesama


Bau menyengat, kumuh, menjijikan, dan sangat tidak mengenakan itulah kesan pertama yang saya rasakan saat menginjakan kaki di sebuah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di kabupaten Subang, Jawa Barat. Ini kali pertama bulu tubuh saya di buat berdiri oleh bau yang maha dasyat dari gunukan sampah yang menumpuk membentuk gunung-gunung plastik. “Yah… terlihat sampah plastik mendominasi…!!!”. Hampir sesekali saya mencoba bernafas dan kembali menahannya, begitu seterusnya sampai kemudian saya merasakan mual dan pusing menyerang setelah sekian menit saya mencoba bertahan dengan keadaan itu. “Hmmm.. ternyata saya perlu adaptasi untuk menyesuaikannya”.

Beberapa pemulung yang mencari sisa dari tumpukan sampah
sumber: Ty_PHOTOgraphy
Potret itu jelas… mengabadikan setiap kedetailan barang-barang bawaan angkutan truk sampah pembuangan. Satu persatu tangan-tangan telaten mengorek-ngorek selayaknya mencari puing emas dalam tumpukan jerami (hehehe..). seolah itulah hal yang paling gampang untuk dikerjakan. Dan saya pun mencoba mendekat kembali, mencoba mengadaptasikan penciuman ini bagaikan mencium krisan yang baru mau mekar, “yah, tapi jelas itu dusta…!!! Hehe”. Saya dibuat heran oleh keadaan sekitar, dimana kebiasan menjelma menjadi hal yang tak terwajarkan. Orang-orang disana (pemulung) begitu akrab dengan hamparan dan gunung-gunung sisa pembuangan sesamanya atau bahkan dirinya. 

Dua anjing sedang mencari makan. sumber: Ty_PHOTOgraphy
Suasana nampak selayaknya pasar, dimana orang-orang sedang mencoba mencari barang yang dibutuhkan atau disukai dalam tumpukan barang lainnya. Jelas, interkasi pun membingkainya. Dimana semuanya tertata dalam sebuah potret yang meyakinkan saya bahwa inilah sebuah rutinitas kehidupan. Membentuk sebuah komuitas baru “komunitas persampahan”. Seakan memberi gambaran keadaan manusia-manusia konsumtif yang pada akhirnya membuat lahan yang cukup luas itu dijadikan akhir sisa pembuangannya yang tak berguna. Anjing, Burung, Lalat, dan beberapa serangga lainnya tak mau dipisahkan dari sebuah komunitas itu. terlihat tidak ada sebuah persaingan dalam merebutkan aya yang mereka saling temukan. Dan hanya berupaya untuk segera mengenyangkan perut-perut keroncongannya. 


Satu persatu truk berwarna kuning berdatangan seolah seperti angkutan penyuplay barang, yang mencoba mengisi kekosongan barang-barang kebutuhan sang pencari sisa. para mencari sisa pun tak mau kehilangan moment, mereka mengerumuni truk tersebut dengan alat panjang terbuat dari besi (gak tau namanya…) dan tentunya sebuah karung yang siap memasukan apa saya yang ditemukan.
“Semakin padat dunia oleh manusia, semakin luas pula ruang untuk menampung sisa pembuangannya. Tak bisa terurai dengan mudah, dengan hanya beberapa tahun saja”.




2 komentar:

  1. Foto bercerita?. Cocok untuk yang suka fotografi dan menulis blog

    BalasHapus
    Balasan
    1. mencoba untuk lebih peka terhadap apa yang kita liat...

      Hapus