Kini aku menyaksikan diri hanya menjadi raga yang tak punya jiwa terhadap apa yang ada
didunia...
Nirwana bukan alam
nyata penggapaian manusia, hanya sekedar imaji rupa-rupa semesta jagad raya
yang pesimis pada akhir dunia…
Kebebasan yang selalu
ditanyakan pada setiap expedisi berkepanjangan yang pula belum menemukan akhir
perjalanan…
Kepekaan sayap diantara
hujan yang diterawang mata telanjang atau serangkaian pemburu babi hutan yang
kelaparan dibelantara hutan…
Aku hanya mencoba diam
pada serangkaian kesejahteraan, yang padahal mengoyak-ngoyak kebebasanku pun menyebalkan…
Raga tanpa jiwa, nikmati
dunia saja dari atas karpet merah yang mulai lusuh berwarna, lukisan urat-urat
pemburu membuat jejak didahi senja…
Seolah dunia adalah
takdir di urat-urat mata yang ketakutan menjadi badut pengisi acara pesta
sesuka panggilan saja… Termasuk kepekaanku
sebagai manusia…
Kini hidup hanya
menikmati raga berdaging yang mati saja, mencoba melalui semuanya dengan sangat
biasa sebagai manusia mati rasa…
Hingga tiba pada suatu
senja, dimana urat-urat pada dahi yang Bangka menjadi takdir atas semua usaha
sebagai manusia…
Pada otak udang yang
berubah menjadi otak kera, pada rasa pesimis manusia mengenali alasan yang
serabutan tak terduga…
Sampai dimana aku mulai
paham, tentang arti mematikan mimpi-mipmi liar dipelataran sang raja yang
ketakutan…
Biarkan semuanya
kukenali secara kasat mata, biarkan semuanya tiba pada rasa yang biasa saja,
pada kepekaan sebagai manusia yang mulai tiada…
Sudah sebegitu "miring"nya, Ty?
BalasHapus"miring"???? makna sesungguhnya apa nih om???
BalasHapusYang saya tangkap, semacam pandangan seorang Resty menanggapi buruk beberapa hal yang ada di dunia ini bukan?
BalasHapusiya om, lebih ke perilaku manusia...
BalasHapus