Senin, 08 April 2013

POJOKAN CIANJUR SELATAN



Kaum-kaum marjinal sebuah Negara yang memiliki banyak kekayaan. Ini merupakan cerminan bagaimana kepuasan tidak pernah ada atau pun dirasakan oleh masyarakat yang berada pada sebuah Negara bernama indonesia. Bagaimana tidak, setelah 67 merdeka, arti penting kemerdekaan hanya sebuah predikat untuk Negara bersimbol burung garuda itu. Kebebasan segala asfek penunjang kesejateraan terlihat tak sepenuhnya dirasakan warganya. Sungguh sangat ironi, Negara yang memiliki serba banyak sumber daya alam ini masih saja miskin. Hal itu terlihat dari banyaknya masyarakat yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Dan terlihat belum ada upaya untuk memperhatikannya. 
 
Sebuah daerah dimana hanya ada beberapa rumah yang memanjang mengikuti pola pada sebuah jalan. Dibatasi sebuah sungai kecil dengan keadaan air lumayan bersih memisahkan kampung satu dengan yang lainnya. Terlihat belum ada aliran listrik dan hanya bilik-bilik rumah yang menembus cahaya  diluar ruangan. Tidak ada satupun rumah permanen, dengan pembuangan dan salinitas  yang berada bersih di dalamnya. Hal itu jelas di pertontonkan sebuah daerah di pojokan selatan cianjur.

Kampung Taibesi yang terlihat sepi dan hanya ada beberapa rumah 

Siang itu, suara berisik sungai kecil terdengar cukup jelas dalam kesunyian sebuah kampung bernama Taibesi kecamatan Sindangbarang. Tampak tak ada aktifitas warga yang berada di halaman rumah ataupun sekitar perkampungan. Hanya saja ada seorang laki-laki yang tampak dari persawahan tidak jauh dari tempat tersebut. terlihat sangat sepi seolah bagaikan kampung yang tak berpenguni. Hemm… tak ingin penasaran kami pun mulai mencoba mendekati sebuah saung kecil di tengah persawahan yang tak jauh dari tempat tersebut, terlihat ada beberapa orang disana, dan akhirnya sosok 3 orang anak usia sekolahan terlihat asik mengutak-atik memaikkan handphone. Sempat kami mengobrol sebentar, hanya menanyakan bagaimana aliran llistrik dan fasilitas yang lainnya dengan tak sejelas keinginan kami mewawancarai orang tuanya. Karena niatnya semula kami ingin mencoba mengobrol cukup panjang dengan orang orang tua yang berada jauh di tengah sawah saat itu. 

Rumah di kampung Taibesi tampak belakang
Tempat MCK warga kampung Taibesi
Setelah kami tanyakan nama daerah tersebut, kami baru sadar bahwa kami telah berada cukup jauh dari plot semula yang telah kami tentukan. Terpaksa kami kembali ke tempat semula. Dengan rasa pensaran saya terhadap satu daerah yang bisa di bilang marjinal.

Keadaan yang memang tidak hanya satu di Indonesia, petani indentik dengan kemisikinan. Sampai saat ini belum ada upaya untuk mensejatherakan kaum mulia penghasil barang kebutuhan pokok tersebut. dengan kondisi yang tidak berubah itu, makin banyak orang desa berupaya keras merubah kehidupan mereka dan “urbanisasi” kerap kali menjadi satu pilhan yang menggiurkan. 

Masih dengan rasa penasaran saya dan rekan saya pun pada akhirnya beranjak meninggalkan tempat tersebut. sepanjang jalan pulang pemandangan saya dimanjakan dengan hamparan sawah hijau yang menyejukan. Tidak sempat saya mengetahui banyak keterangan mengenai tempat bernama kampung “taibesi” itu. Yang ada dipikiran saya hanya sebuah tempat marginal yang sama sekali jauh dari kehidupan yang mestinya dirasakan oleh setiap warga Negara. Fasilitas seperti listrik saja tak pernah masuk ke tempat ini padahal tempat ini satu dari sebagian kecil penyuplay bahan pokok kebutuhan masyarakat di negaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar